LAMPUNGSELATAN,iNewsPringsewu.id– ADRA Indonesia, bagian dari jaringan global Adventist Development and Relief Agency (ADRA), bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pringsewu, menyelenggarakan pengenalan Rencana Kontingensi (Renkon) Bencana kepada 30 pendeta muda dari Klasis Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) se-Lampung.
Kegiatan ini berlangsung di GKSBS Tanjung Bintang, Lampung Selatan, pada Kamis dan Jumat, 28-29 November 2024.
Rumah ibadah seringkali menjadi lokasi pengungsian saat bencana karena dianggap aman dan nyaman, terutama bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas. Oleh karena itu, pengenalan kebencanaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan komunitas berbasis gereja.
Kesiapsiagaan Bencana di Negara Rawan
D. Karlo Purba, Resource & Acquisition dari ADRA Indonesia, menekankan pentingnya pengurangan risiko bencana di Indonesia, yang merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia.
"Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik utama, membuatnya rentan terhadap gempa bumi besar, termasuk gempa megathrust yang berpotensi memicu tsunami dahsyat," jelasnya.
Manfaat dan Proses Renkon
Agus Purnomo, Analis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Pringsewu, menjelaskan bahwa rencana kontingensi adalah proses perencanaan untuk kesiapan tanggap darurat.
"Fungsi rencana kontingensi adalah memastikan kesiapan pemangku kepentingan, menjamin ketersediaan sumber daya, melindungi hak-hak dasar warga, serta membantu pemulihan kehidupan dan penghidupan secara mandiri," ujar Agus.
Renkon mencakup penetapan skenario bencana, kebutuhan sumber daya, kesepakatan sektor yang terlibat, serta tindakan teknis dan manajerial. Selain itu, sistem tanggapan dan pengarahan potensi juga dirancang untuk menghadapi situasi darurat.
"Data dan rencana kontingensi perlu diperbarui secara berkala agar sesuai dengan perubahan ancaman, kerentanan, dan kapasitas sumber daya," tambah Agus.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam membangun komunitas yang lebih tangguh menghadapi bencana, khususnya melalui peran rumah ibadah sebagai pusat evakuasi yang inklusif.
Editor : Indra Siregar