JAKARTA,iNewsPringsewu.id-Perselingkuhan merupakan salah satu masalah yang paling sering mengemuka dalam hubungan interpersonal di seluruh dunia. Namun, pertanyaan yang sering muncul dan masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat serta pakar adalah, apakah perselingkuhan itu merupakan sebuah penyakit mental atau hanya kebiasaan yang bisa diubah?
Menurut Dr. Anisa Putri, seorang psikolog klinis dari Universitas Indonesia, perselingkuhan bisa dipandang dari berbagai sudut psikologi. "Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan psikologis yang membuat mereka lebih rentan terhadap perselingkuhan karena adanya masalah emosional atau kekurangan dalam hubungan mereka. Namun, ini tidak serta-merta membuat perselingkuhan menjadi penyakit," jelas Dr. Anisa.
Di sisi lain, ada pula argumen yang menyatakan bahwa perselingkuhan adalah sebuah pilihan dan kebiasaan yang bisa diubah. Edukasi mengenai komunikasi dan kepercayaan dalam hubungan dinilai sebagai kunci utama dalam mencegah perselingkuhan. "Kebanyakan kasus yang saya temui, perselingkuhan terjadi karena ada kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan emosional antara pasangan," ujar Rendy Kurniawan, seorang terapis perkawinan.
Dari sudut pandang sosial, perselingkuhan sering kali dianggap tabu, tetapi kejadian ini terus terjadi dari waktu ke waktu, yang menimbulkan pertanyaan apakah fenomena ini sudah menjadi bagian dari 'kebiasaan' dalam beberapa lingkungan sosial.
Pendekatan untuk mengatasi dan memahami lebih dalam tentang perselingkuhan ini masih terus dikembangkan, dengan harapan bahwa lebih banyak individu dan pasangan dapat menemukan solusi untuk menjaga keharmonisan dan kepercayaan dalam hubungan.
Penelitian lebih lanjut dan diskusi terbuka diharapkan dapat membantu masyarakat memahami lebih dalam tentang dinamika di balik perselingkuhan dan bagaimana mengatasinya. Ke depannya, hal ini bisa jadi kunci dalam pembentukan hubungan yang lebih sehat dan langgeng.
Editor : Indra Siregar