JAKARTA,iNewsPringsewu.id- Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang digelar pada 28 Agustus 2024 menunjukkan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil meskipun terdapat ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi global.
Kesehatan sektor ini didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.
Secara global, perekonomian mengalami pelemahan dengan inflasi yang cenderung moderat. Di AS, pasar tenaga kerja menunjukkan penurunan yang menyebabkan The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga kebijakan pada 2024. Di Eropa, indikator ekonomi masih belum solid, sementara di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat dengan ketidakselarasan antara permintaan dan penawaran. Pemerintah dan bank sentral di Tiongkok terus mengeluarkan stimulus untuk mengatasi hal ini.
Ketegangan geopolitik meningkat seiring dengan dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden AS dan ketidakstabilan di Timur Tengah serta Rusia. Pelemahan permintaan global juga berdampak pada penurunan harga komoditas. Meskipun demikian, yield UST menurun dan indeks dolar melemah, memicu aliran masuk modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan pasar keuangan emerging market, terutama pasar obligasi dan nilai tukar, menguat.
Di domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di atas ekspektasi, didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Inflasi inti terjaga dan surplus neraca perdagangan berlanjut. Kinerja emiten di Triwulan 2 2024 juga menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja masing-masing sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen yoy.
Namun, pemulihan daya beli berlangsung relatif lambat. Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 5,72 persen mtd hingga 30 Agustus 2024 ke level 7.670,73, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp13.114 triliun, naik 6,29 persen mtd. Penguatan ini terutama terlihat di sektor consumer non-cyclicals dan properti & real estate, dengan IHSG mencetak rekor tertinggi pada Agustus 2024.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 1,71 persen mtd ke level 391,14, sementara yield SBN rata-rata turun 22,75 bps. Investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp39,24 triliun mtd. Di pasar obligasi korporasi, investor non-resident melakukan net sell sebesar Rp0,20 triliun mtd.
Di sektor pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp841,37 triliun, naik 1,34 persen mtd, sementara nilai aktiva bersih reksa dana mencapai Rp498,40 triliun, naik 1,38 persen mtd. Net subscription reksa dana tercatat sebesar Rp1,42 triliun mtd.
Editor : Indra Siregar
Artikel Terkait